Operator 999 Net Dan Proposal

Unknown | 11.43 |
Ini adalah kisah dari teman saya sebut saja namanya Adib, yang menjadi Operator di 999 Net. Warnet yang biasa buka 24 jam yang bisa untuk bermain Game Online dan juga bisa menerima rental pengetikan. Bagaimana kisahnya.? Mari kita simak bersama-sama.


Pagi itu suasana masih remang-remang sekitar jam 05.30 WIB, Adib yang saat itu mendapat tugas jaga sudah sejak tadi malam, masih duduk di meja OP, dengan mata yang sudah kelihatan sangat ngantuk sekali, jari tangannya sesekali memencet tombol-tombol di keyboard. Rupanya untuk mengusir rasa ngatuknya, Adib coba mengaktifkan diri dengan bermain chatting sama cewek-cewek, ada yang dari Kalimantan, Sumatera, Hongkong, dan entah dari mana lagi. Tiba-tiba datang seorang bapak-bapak yang mengenakan sarung dan memakai kopiah, sebut saja namanya pak Imam Saimo, sambil membawa sebuah map besar ditangan. Dia adalah ketua yayasan Al-Gablugh.

Pak Saimo : "halo mas Adib"
Adib          : "oh iya pak, ada apa?" (masih dalam keadaan ngantuk)
Pak Saimo : "saya mau ngeprint mas, bisa nggak?"
Adib          : "bisa pak, yang mau di print mana?"
Pak Saimo : "proposal ini mas" (sambil menunjukan satu tumpuk map ditanganya)
Adib        : "maksud saya file yang mau di print yang mana pak" (dengan terheran, sambil bertanya-tanya dalam hati. Biasanya kan yang di print file dalam flashdish atau yang lain. Mana ada sih file dalam map??)
Pak Saimo : "lha iya ini mas, saya mau ngeprint proposal ini" (tetap sambil menujukan map)
Adib        : "lho pak, proposal itu sudah bapak ketik apa belum,? kalau belum ya nggak bisa di print tho pak" (dengan nada sedikit kesal)
Pak Saimo : "aduh...sampean ini gimana tho mas, saya ini mau ngeprint, kok malah sampean suruh ngetik.?"
Adib        : (akhirnya rasa ngantuknya sudah hilang berganti dengan rasa kesal) "ya sudah sini biar saya ketik dulu proposalnya pak, nanti kalau sudah baru saya print-kan" (memberikan solusi dan memahami bila ternyata proposal tersebut belum diketik)
Pak Saimo : "di ketik semua ya mas, ini proposal untuk kegiatan-kegiatan keagamaan dan pelatihan skill di yayasan Al-Gablugh milik saya mas"
Adib          : "oh iya pak nanti saya ketik semua"
Pak Saimo : "oke, nanti jam 8 saya ambil ya, soalnya nanti proposalnya harus saya bawa menghadap bapak gubernur sama bapak menteri"
Adib          : oh gitu ya pak" (sambil dalam hati menggerutu, "menteri republik jaran kali pak")
Pak Saimo : "nanti harus sudah jadi lho mas, sekarang saya tinggal dulu"
Adib          : "ya saya coba selesaikan dulu pak, nanti jam 8 bapak lihat lagi"
Pak Saimo : "oke, nanti saya kesini lagi" (sambil pergi meninggalkan warnet)

Akhirnya dengan sedikit terpaksa Adip sang OP pun mulai mengetik proposal yang ada dihadapanya. Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 08.00 WIB. Tiba-tiba datang seorang anak kecil perempuan, rupanya dia adalah anak dari pak Imam Saimo. Sebut saja namanya lily.

Lily       : "mas mau ngeprint"
Adib     : "iya dek" (sambil dalam hati, "urusan bapaknya belum kelar sekarang malah datang anaknya, huh cape deh")
Lily       : "saya ngeprint yang disitu" (tanganya sambil menunjuk komputer yang ada di OP)
Adib     : "apa tho dek?" (bingung apa yang di maksud)
Lily       : "yang disitu lho mas" (tanganya tetap sambil menunjuk komputer OP)
Adib     : "lha adek punya file di dalam komputer ini tho?"
Lily       : "nggak punya mas, yang punya bapak saya"
Adib     : "owalah, adek ini mau ngambil print nya bapaknya tho?" (akhirnya paham maksud dari si adek)
Lily       : "iya mas"
Adib     : "ooh, kok gak ngomong mau ambil print dari tadi sih dek" (dengan nada sedikit kesal)
Lily       : "saya disuruh bapak gitu, mana print nya mas?"
Adib     : "ini proposalnya ada yang gak jelas tulisanya dek, jadi belum di print, masih perlu di edit dulu"
Lily       : "bapak mintanya ambil print mas, bukan ambil edit" (tidak mengerti apa yang dimaksud OP)
Adib     : "haduh dek, adek bilang saja sama bapak, suruh kesini, ada yang perlu di edit, gitu ya"
Lily       : "ya sudah saya pulang dulu, saya bilangin sama bapak"

Dan si adek pun pulang. Tidak selang berapa lama akhirnya pak Imam Saimo datang, masih dengan mengenakan sarung dan kopyah di kepala, menghampiri Operator.

Pak Saimo : "gimana PR nya sudah selesai belum mas?"
Adib          : "ini tulisanya ada yang nggak jelas pak, jadi belum di print"
Pak Saimo : "mana-mana yang nggak jelas biar saya lihat"
Adib          : "yang ini pak" (sambil menunjukkan ketikan di layar monitor)
Pak Saimo : "oh, ini kepadanya, di ganti ditujukan kepada Bapak Menteri Republik Indonesia ya mas"
Adib          : "ya pak, sini biar saya edit"
Pak Saimo : "terus ini mas, jumlah anggaran dananya bukan 4 juta, tapi 4 milyar mas"
Adib          : "oh, 4 milyar ya pak" (sambil dalam hatinya berkata "proposal minta dana aja, mintanya sampai 4 milyar, diut embah mu apa pak)
Pak saimo  : "sama ini mas, tertandanya Imam Saimo di tambahi Doktorandes, tulisanya Drs Imam Saimo, gitu mas, Drs nya jangan lupa di tulis"
Adib          : "iya ya pak" (dalam hatinya "kenapa nggak di tulis semua aja pak, Drs. Sd. Smp. Sma. Imam Saimo, biar tambah gawul gitu")
Pak Saimo : "sudah di ganti semua mas? kepadanya, jumlah dananya, terus sama tertandanya sudah benar?"
Adib          : "ini sudah pak, kepadanya sudah diganti kepada bapak Menteri Republik Indonesia, dananya 4 milyar, sama tertandanya Drs. Imam Saimo" 
Pak Saimo : "iya bagus, kalau sudah langsung di print ya mas"
Adib          : "oh iya pak, ini mau saya print"
Pak Saimo : "eh eh, sebentar mas, ngeprinya bisa nggak di kasih foto saya?"
Adib          : "bisa saja, foto nya mana pak" (sambil kesal karena permintaan yang macem-macem)
Pak Saimo : "lhah di dalam komputer ini apa nggak ada foto saya tho mas? orang-orang sudah sering memfoto saya kok mas"
Adib        : "di komputer ini nggak ada pak (dalam hati "jangan gilak donk, emang gue ngefans berat ama elo, sampai nyimpen-nyimpen foto elo, plis dech)
Pak Saimo : "oh nggak ada ya, ini saya ada foto tapi sudah lama mas, bisa nggak dimasukin dalam situ biar bisa di print"
Adib      : "bisa pak, biar saya scan dulu fotonya" (sambil memasukan foto kedalam mesin scan dan menyimpanya di dalam dokumen)
Pak Saimo : "gimana, bisa di masukan fotonya mas?"
Adib          : "bisa, ini hasil gambar foto bapak" (menunjukan foto yang telah di scan)
Pak Saimo : "loh mas, fotonya kok jelek gitu, agak buram gambarnya?"
Adib       : "lha foto bapak kan memang begini, apaplagi sudah lama, jadi beginilah gambarnya" (sambil dalam hati, "emang aslinya jelek ya jelek aja pak")
Pak Saimo : "fotonya di ganti bisa apa nggak mas?"
Adib          : "diganti sama foto mana pak?"
Pak Saimo : "maksud saya foto itu dirubah, gambarnya agak diterangin, terus kulit saya yang hitam itu agak putihkan, rambutnya yang ada ubanya sama keriting itu agak dirapikan biar bagus, saya kan ketua yayasan Al-Gablugh mas, jadi fotonya harus bagus gitu"
Adib      : "wah, saya nggak bisa ngeditnya pak" (padahal sih bisa, tapi kesal karena permintaan yang aneh-aneh dari si bapak)
Pak Saimo : "lhoh, di rentalan yang disana itu kok bisa ya mas, disini kok nggak bisa?"
Adib          : "saya nggak bisa pak"
Pak Saimo : "kan komputernya yang disana sama disini sama mas, kok nggak bisa sih?" (masih tetap ngotot agar fotonya bisa dirubah jadi lebih bagus)
Adib      : "masalahnya bukan komputer pak, tapi saya yang nggak bisa ngedit foto, gitu pak" (sambil dihatinya, "resek banget sih bapak ini, sudah dibilangin nggak bisa tetep ngotot")
Pak Saimo : "oh, sampean tho yang nggak bisa"
Adib          : "iya pak"
Pak Saimo : "coba sampean mau ikut di yayasan saya, nanti pasti saya ikutkan pelatihan-pelatihan biar bisa ngedit foto yang bagus mas"
Adib          : "oh gitu ya pak" (dalam hatinya, liat muka elo aja udah eneg, apalagi sampek ikut elo)
Pak Saimo : "ya sudah kalau nggak bisa dirubah, biar foto itu aja mas"
Adib          : "iya pak" (sambil berharap urusan dengan si bapak cepet rampung)
Pak Saimo : "kalau gitu langsung di print semuanya mas, ini keburu kesiangan, nanti malah nggak ketemu sama pak menteri"
Adib          : "baik pak" (langsung cepat-cepat ngeprint, karena sudah mulai eneg sama si bapak)
Pak Saimo : "oke mas, kalau sudah semuanya di total berapa biayanya"
Adib          : "iya pak, ngetiknya 15 lembar, ngeprint, sama scan, jadi totalnya 35 ribu pak"
Pak Saimo : "wah kok mahal ya mas"
Adib        : "ya emang segitu biayanya pak" ("kalau mau murah nggak usah ngrental pak, beli kurupuk aja, cuman 500 udah dapat", dalam hati Adib)
Pak Saimo : "oh, ini ada uang 10 ribu, kurangnya nanti saja ya mas, setelah ketemu sama bapak menteri, do'akan saja proposal saya yang 4 milyar bisa cair mas"
Adib          : "iya ya pak" (sambil kesal, "4 milyar aja di gede-gede in giliran bayar 35 ribu ngutang")
Pak Saimo : "ya sudah mas, ini saya bawa dulu" (mengambil proposalnya dan langsung pergi meninggalkan warnet)

Akhirnya Adib pun bisa merasa lega, karena urusanya dengan si bapak sudah kelar, walaupun masih ada tanggungan hutang 25 ribu yang harus di tagih sama si bapak besok.



Postingan yang Bersenggama



Comments
0 Comments

0 komentar :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar atau sumpah serapah anda disini.
Belum tahu cara berkomentar? klik saja DISINI