Dalam konteks keyakinan, keberadaan Tuhan jarang dipersoalkan. Karena diyakini Tuhan tidak bisa bahkan tidak boleh dipikirkan. Namun dalam konteks pemikiran, keberadaan Tuhan justru menjadi objek kajian yang mengundang banyak perdebatan, sehingga muncul keragaman pemahaman tentang Tuhan, baik yang mengakui maupun yang menolak keberadaan Tuhan. Bertrand Russel, seorang pemikir Inggris Abad-20, dalam buku kumpulan essaynya Russel on Relligion (Greenspan dan Andersson), mengajukan sejumlah kritik tentang dalil yang lazim menjadi dasar keberadaan Tuhan.
Pertama, dalil kemaslahatan sosial. Inti dari pandangan ini adalah bahwa kepercayaan pada Tuhan sangat penting karena mengingat kebutuhan manusia akan kehidupan yang lebih baik. Diperlukan adanya suatu Zat yang mengatur seluruh gerak dan laku kehidupan agar tidak terjadi kekacauan. Dalam sitilah lain, hal ini berfungsi sebagai katup pengaman dalam interaksi sosial. Russel menilai argumen ini sangat memalukan, karena kepercayaan kepada Tuhan berangkat dari kebutuhan kehidupan duniawi kita. Meskipun, dalam batas tertentu, kepercayaan pada Tuhan bisa menimbulkan kemaslahatan etis dan sosial, namun hal itu bukan berarti telah membuktikan bahwa Tuhan itu ada.
Terlalu sederhana untuk menjadikan kebutuhan akan rasa nyaman untuk meyakini keberadaan Tuhan.
Bagi Russel, hal ini tidak hanya bertentangan secara logika, namun juga merugikan secara moral, karena dasar dari moral adalah kejujuran. Seseorang akhirnya bisa berhenti berbuat baik jika tidak ada alasan yang meyakinkan untuk melakukannya. Bahkan, dengan keyakinan tertentu, seseorang bisa melakukan tindakan yang tidak bermoral terhadap orang lain yang tidak melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinannya. Ia akan menjadi seorang penuntut. Karena itu, Russel menyimpulkan bahwa iman adalah suatu kejahatan, karena dengan iman seseorang mempercayai sesuatu yang tidak meyakinkan, lalu kemudian menilai orang lain berdasarkan ukuran yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan.
Kedua, dalil kemahakuasaan dan kemahabaikan Tuhan. Diyakini bahwa Tuhan mengatur kehidupan dengan kekuasaan yang dimilikinya. Dan dibalik setiap apa yang dilakukan Tuhan adalah untuk kebaikan kehidupan. Tetapi Russel menilai bahwa keyakinan ini sama sekali tidak terbukti. Betapa banyak bencana dan kejahatan yang terjadi dalam kehidupan. Betapa banyak orang yang terlahir dalam keadaan tidak menguntungkan dan kemudian juga mengalami nasib buruk. Memang sebagian orang mendapatkan kehidupan yang baik, namun tetap juga banyak yang mendapatkan kehidupan sebaliknya. Artinya kenyataan membuktikan bahwa kehidupan penuh dengan kekurangan, kejahatan disamping juga kebaikan.
Russel kemudian bertanya: “Lalu dimana letak kemahabaikan Tuhan? Kenapa ia tidak menjadikan kehidupan ini sepenuhnya baik?” Agama menjawab, bahwa bencana dan penderitaan tidak bisa dijadikan dasar untuk menyanggah kebaikan Tuhan. Semua itu terjadi karena dosa manusia. Tetapi Russel balik bertanya: “Bagaimana mungkin seorang bayi yang menderita suatu penyakit sudah pernah berbuat dosa?” Dijawab lagi bahwa itu karena dosa orang tuanya.
Bukannya menjadi semakin jelas, jawaban ini bagi Russel justru semakin membingungkan. Ia melihat, sama sekali tidak ada penjelasan yang meyakinkan antara kebaikan dan keburukan dalam hubungannya dengan Tuhan yang mahabaik dan mahakuasa. Bagaimana mungkin Tuhan yang mahakuasa justru tidak kuasa menghilangkan cacat dari ciptaannya? Kenyataannya, berbagai dinamika kehidupan berlangsung begitu saja dengan segala kelebihan dan kekurangannya, tanpa pernah memihak pada apapun. Lalu dimana Tuhan yang diyakini mahakuasa beritndak mengatur kehidupan agar tetap berjalan ke arah yang lebih baik, sesuai dengan sifatnya sebagai pencipta kebaikan?
Ada tukang cukur diskusi sm pelanggannya.
BalasHapusTukang cukur: Mas, peyan percaya gk Tuhan itu ada?
Pelanggan: Saya percaya Tuhan ada
Tukang cukur: Klw memang Tuhan ada kenapa Dia tdk mampu selesaikan itu lumpur lapindo, padahal sudah ribuan orang berdoa agar itu lumpur masuk lagi ke bumi dan selesaikan seabreg lagi masalah di negara qita
Tukang cukur: sampeyan salah mas, brarti Tuhan itu tidk nyata alias tdk ada.
Pelanggan terdiam.
Beberapa menit kemudian lewat orang dekil dgn rambut panjang kusut sedada dan baju-clana compang-camping.
pelanggan: Bang, tukang cukur ada banyak ya di negara qita?
Tukang cukur: Sampeyan ngomong apa, ya jelas banyak toh, di sini saja pesaing qu ada puluhan, ini baru se RW sini.
Pelanggan: hehe...Abang gk lihat itu orang compang-camping kok di biarin tdk diurus rambutnya? kenapa puluhan tukang cukur di sini tdk mampu selesai-in rambut itu orang, kasihan kan Bang? berarti tukang cukur tidak nyata donk.
Tukang cukur: lha...salah dia sndiri toh gk nyamper ke sini...
pelanggan: Insya Alloh sperti itu juga bang, Tuhan itu nyata. Klw masih seabreg kasus menimpa manusia, jgn salahin Tuhan, manusianya yang tidak mendekat ke Tuhan.