Kuliah Studi Antar Agama (Wajib Baca Untuk STAIN - IAIN)

Unknown | 09.44 |
Ini bukan hasil penelitian ilmiah. Tapi adalah hasil pengamatan Nazie Anaz melalui pengalaman pribadinya. Baik yang dia amati melalui kajian agama dalam kuliah, seminar, atau yang dijumpai pada buku-buku agama, VCD, maupun dialog, debat dan diskusi antar agama.

Studi antar agama itu omong kosong?

Karena sejauh pengamatan saya, studi antar agama adalah dalam rangka mencari kelemahan agama lain dan ujung-ujungnya membenarkan agama sendiri. Sikap dasar pengkaji atau penceramah studi antar agama adalah mencari pembanding betapa agama yang diyakininya jauh lebih baik dan lebih benar dari agama lain. Dengan landasan itulah mereka mulai menguliti sebuah agama.

Dari mana saya tahu sikap mereka demikian?

Ya tentu saja saya tidak bisa melihat hatinya. Tapi dari apa yang mereka lontarkan, maka secara psikologis itu adalah proyeksi dari sikap mereka. Misalnya:

Jika mereka seorang Islam, sebagai contoh, rata-rata mereka bersikukuh mengkritik bahwa Yesus itu bukan Tuhan. Lebih kurang mereka berdalih:

“Mana mungkin Tuhan bisa mati. Dan mana mungkin Tuhan bisa tiga. Apa tidak lucu. Masak Tuhan punya anak. Kalau begitu berarti Tuhan juga punya isteri. Jika diyakini bahwa Yesus mati di tiang salib dalam rangka menebus dosa asal manusia, itu kan sama artinya bahwa manusia tidak otonom dengan segala kediriannya. Manusia tidak bisa memperbaiki dirinya sendiri untuk lebih baik. Seolah-olah manusia adalah robot yang sudah terprogram jelek sejak azalinya, yaitu sejak Adam tergelincir dosa di surga. Sehingga untuk itu Tuhan turun ke bumi melalui Yesus untuk membersihkannya, sebagai juru selamat bagi seluruh umat manusia.

Itu adalah pandangan yang tidak benar. Itu sebabnya dalam Islam, Tuhan itu hanya Satu. Tidak beranak dan tidak diperanakan. Dan tidak ada manusia yang menjadi Tuhan seperti Yesus. Dan setiap manusia akan menanggung dosanya sendiri. Dan dialah yang bisa memperbaiki dirinya sendiri. Tidak ada istilah dosa asal dan surat pengampunan dosa.

Inilah kelebihan agama kita Islam. Agama yang sudah dijamin langsung kebenarannya oleh Tuhan. Agama yang benar disisi Tuhan hanyalah Islam.”

Jika mereka seorang Kristiani, rata-rata mereka menyimpan kebencian terselubung pada Islam. Kebencian terpendam yang tidak bisa diekspresikan secara bebas karena mereka merasa tertindas secara sosial oleh hegemoni umat Islam sebagai mayoritas. Akibatnya, mereka bersikeras mengkritik bahwa Islam adalah agama yang mengada-ada. Alquran itu duplikasi dari Alkitab yang dimodifikasi oleh Muhammad. Dengan segala tradisi primitif budaya Arab.

Islam itu memang agama yang mengajarkan kebencian. Kebencian yang disebarkan dengan pedang. Alquran sendirilah yang menghasut umatnya untuk berbuat demikian. Dan siapa yang melakukannya bahkan diberi julukan sebagai pejuang atau para sahid yang dipuji Tuhan. Sehingga mereka akan dihadiahi para bidadari di sorga. Selain itu, Muhammad itu juga seorang gila seks. Dia memliki banyak gundik yang bisa ditidurinya dengan enteng. Dengan alasan bahwa dia dibolehkan Tuhan untuk mengawini banyak perempuan yang disukainya.

Hanya manusia yang tidak menggunakan akal yang akan mengaminkan ajaran kasar dan primitife demikian.

Itulah kelebihan ajaran Kristiani. Yesus tidak datang membunuh manusia. Tapi dia mati berdarah di tiang salib demi kemanusiaan seluruh umat manusia. Dia berkorban untuk keselamatan umat manusia. Menjadi juru selamat. Jangankan penggila seks, Yesus mati dalam keadaan tidak menyentuh seorang wanita pun. Begitulah pengorbanannya untuk kita semua.

Atau satu lagi dari umat Islam ketika mengkaji agama Buddha.
Rata-rata mereka akan mengatakan:

Buddha itu bukan agama. Tapi adalah sebuah ajaran Sidharta Gauthama. Hasil pemikiran dia sendiri yang diagungkan oleh penganutnya. Karena itu, Buddha itu tidak bisa dijadikan petunjuk kebenaran Karena kebenaran yang datang dari manusia itu semu. Karena manusia dipenuhi oleh hawa nafsu. Akibatnya manusia akan mudah terjebak untuk menyembah hawa nafsunya sendiri. Menuhankan akalnya sendiri.

Sedang Islam, bukan agama buatan manusia. Islam adalah agama langit. Agama yang langsung diturunkan oleh Tuhan. Tentu saja Tuhanlah yang lebih tahu bagaimana sebaiknya manusia berbuat dalam hidupnya. Karena Tuhanlah yang menciptakan manusia. Jadi itulah kelebihan Islam dibanding Buddha.

Secara gamblang, itulah beberapa contoh yang paling umum dan paling banyak menjadi inti kritik dalam kajian antar agama. Yang menjadi persoalan adalah, apa manfaatnya kajian yang demikian? Bagi saya pribadi: TIDAK ADA! Selain hanya memupuk sikap sektarianisme dan fanatisme.

Pantas, isu SARA menjadi larangan di Indonesia. Pantas debat lintas agama hanya berakhir dengan debat kusir tiada ujung. Karena sikap para peserta diskusi bukan dalam rangka mengkaji. Bukan dalam rangka studi perbandingan. Bukan dalam rangka mengeksplorasi watak atau kunci Teologis antar agama. Tapi adalah sikap apologetis dan antipati. Meskipun dilandasi dengan beberapa argumen, tapi pada akhirnya endingnya tetap pada sikap dalam rangka membanding-bandingkan, untuk akhirnya membenarkan agama sendiri.

Lalu adakah jalan keluar?

Tentu saja ada. Jalan keluarnya bagi saya adalah, bersikap seperti seorang atheis atau agnostik. Yaitu membawa sikap tanpa pretensi. Sikap berjarak secara psikologis dengan objek kajian. Semua peserta membuka pakaiannya. Melepaskan iman selama studi dan diskusi berlangsung. Semua, secara bersama-sama memperlakukan topik agama sebagai objek kajian yang netral. Menyimpan sikap sensitif apalagi perasaan terluka secara psikologis ketika setiap agama ditelanjangi secara argumentatif.

Hanya dengan cara itulah studi antar agama akan berarti. Yaitu mencari pemaknaan yang lebih optimal dan mencerahkan untuk semua pihak. Untuk nilai-nilai kemanusiaan, moralitas dan spiritualitas yang Universal. Bukan sikap apologetik yang sektarian.

Dengan sikap itulah baru layak seseorang mengaku sebagai seorang Islamolog atau Kristolog misalnya. Tapi jika tidak, jika hanya seperti contoh diatas, julukan sebagai Islamolog atau Kristolog ganti saja dengan istilah para apolog, yaitu para pecundang yang hanya berambisi atau mabuk untuk membenarkan agama sendiri dengan cara menyalahkan agama lain.




Postingan yang Bersenggama



Comments
0 Comments

0 komentar :

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar atau sumpah serapah anda disini.
Belum tahu cara berkomentar? klik saja DISINI