Akhir-akhir ini kembali marak beberapa berita yang dianggap beberapa kalangan telah melecehkan agama. Apalagi berkaitan dengan agama Islam. Seperti munculnya film Innocence For Muslim yang menuai banyak kritik dan demonstrasi menentang film tersebut. Karena dianggap menghina nabi Muahammad dan umat Islam.
Mengapa Islam menjadi agama yang gampang sekali untuk dilecehkan. Dengan fenomena tersebut kenapa umat Islam lantas beramai-ramai menggelar aksi-aksi penentangan yang luar biasa, sibuk mencari ayat-ayat untuk meng-adzab mereka yang telah dianggap melecehkan nabi dan Islam.
Itu karena yang mereka pahami tentang Islam sebagai agama, adalah berhala. Baik secara fisik maupun psikis. Islam bagi mereka adalah Kabah, Kuburan Muhammad dan para sahabatnya, Mesjid Nabawi, Fisik Alquran, dan kumpulan tubuh umat Islam. Bila salah satu dari artefak kebudayaan ini tersentuh, dijamah, apalagi diganggu oleh umat manusia, maka mereka serentak mengamuk seperti lebah menyerbu mangsa.
Begitu juga secara psikis. Bila wacana, bila teks-teks yang bernuansa Islam, bernuansa Arab, dikritik oleh manusia lain, maka serentak kalimat-kalimat tameng akan muncul: "Tolong jangan hina agama kami, janganlah menghina Allah dan RasulNya. Ini agama. Bukan maianan. Sadarlah. Tapi jika kalian tidak peduli, maka kami tidak akan pernah tinggal diam."
Dengan kata lain, agama, Islam, Arabisme, adalah diatas segalanya bagi mereka. Melebihi nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Darah, nyawa, caci maki, hujatan kafir haram jaddah, menjadi sah bila sudah menyangkut perjuangan dalam "membela agama."
Bagi saya, itulah penyakit kekanak-kanakan. Islam menjadi berhala yang menjauhkan umatnya dari esensi nilai-nilai. Disulap menjadi pemujaan akan artefak-artefak kebudayaan, dalam hal ini Arabisme.
Mereka menyebutnya jihad. Tapi saya menyebutnya sekterianisme. Semua itu adalah ideologi. Sebuah utopia yang tak pernah berpijak di bumi. Imajinasi sosial yang berbahaya untuk kemaslahatan kemanusiaan dalam arti sesungguhnya.
Keyakinan, sesungguhnya mirip telaga bening ditengah rimba belantara. Sebuah hening yang tak pernah terusik oleh hiruk pikuk dunia. Karena keyakinan, ada didalam, bukan diluar. Tapi umat Islam, melihat Islam dalam sorak-sorai. Dalam hingar bingar karnaval sosial. Dalam yel yel para demonstran Islamiah.
Bagi saya, Tiada kemuliaan melebih nilai-nilai kemanusiaan. Dan itu Universal. Abadi sepanjang masa. Tapi agama, Islam, hanya sebuah ekspresi kebudayaan. Lahir disuatu waktu dan tempat yang bernama Arab 14 Abad silam. Sedang nilai-nilai kemanusiaan, serentak adanya begitu manusia ada. Karena nilai-nilai itu inklud dalam kesadaran batin manusia. Tanpa label tanpa klaim apa-apa.